Donald Trump Ancam Tarif Baru terhadap Uni Eropa

Donald Trump Ancam Tarif Baru terhadap Uni Eropa

Trump Kembali Ancam Uni Eropa dengan Tarif 50%, Targetkan Juga Smartphone Impor Termasuk Apple dan Samsung

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali meningkatkan tekanan dalam perang dagang global dengan mengancam akan mengenakan tarif sebesar 50% terhadap produk-produk dari Uni Eropa (UE). Tidak hanya itu, ia juga menyatakan akan memberlakukan tarif 20% hingga 25% terhadap semua perangkat telepon pintar yang dibuat di luar negeri—termasuk produk dari raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung—sebagai bagian dari eskalasi konflik dagang yang mengganggu pasar global dan menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku usaha.

Mengutip laporan dari Yahoo Finance pada Sabtu (24/5/2025), ancaman ini disampaikan Trump pada Jumat, 23 Mei 2025, saat berbicara kepada wartawan di Washington, D.C. Dalam pernyataannya, Trump menyebut Uni Eropa telah “bermain curang” dalam perdagangan dengan AS. Ia menuding blok tersebut melakukan negosiasi yang lambat serta sengaja menargetkan perusahaan-perusahaan AS dengan tuntutan hukum dan regulasi yang berat sebelah.

“Kami telah menetapkan kesepakatan. Tarifnya 50%,” tegas Trump. “Mereka tidak melakukannya dengan benar. Sudah saatnya kita memainkan permainan dengan cara yang saya tahu bagaimana memainkannya.”

Trump menyebut tarif baru ini akan mulai diberlakukan pada 1 Juni 2025, tanpa pengecualian atau penangguhan untuk negara-negara UE tertentu. Menurutnya, langkah tersebut merupakan bentuk respons terhadap apa yang ia sebut sebagai praktik perdagangan yang “tidak adil dan eksploitatif” dari mitra dagang Eropa, terutama terhadap sektor otomotif dan teknologi.

Target Baru: Smartphone Impor

Secara terpisah, Trump juga mengunggah pernyataan di media sosial Truth Social pada Jumat pagi, menyebutkan bahwa tarif sebesar 20% hingga 25% akan dikenakan terhadap semua telepon pintar buatan luar negeri, termasuk produk Apple yang dirakit di China dan produk Samsung yang sebagian besar diproduksi di Korea Selatan dan Vietnam.

“Dan siapapun yang membuat produk itu, pemerintahannya akan mulai mengenakan pungutan tersebut pada akhir Juni,” tulis Trump. “Jika tidak, itu tidak akan adil.”

Langkah ini dapat berdampak signifikan pada pasar elektronik global, mengingat Apple dan Samsung adalah dua produsen ponsel pintar terbesar di dunia. Apple sendiri memproduksi sebagian besar iPhone-nya melalui mitra manufaktur seperti Foxconn di Tiongkok, sementara Samsung memiliki rantai pasok yang tersebar di beberapa negara Asia.

Dampak Ekonomi dan Reaksi Pasar

Ancaman tarif Trump ini langsung memicu kegelisahan di pasar keuangan global. Indeks saham utama di Wall Street ditutup melemah pada Jumat sore, dengan Nasdaq terkoreksi 1,7% akibat kekhawatiran terhadap potensi kenaikan harga barang konsumsi, terutama elektronik.

Analis dari Morgan Stanley memperingatkan bahwa tarif baru tersebut bisa menyebabkan harga smartphone naik antara $100 hingga $200 per unit, tergantung pada jenis dan model. Hal ini berpotensi menurunkan permintaan domestik dan menambah tekanan pada inflasi yang sudah mulai meningkat kembali sejak awal tahun.

“Jika tarif benar-benar diterapkan, konsumen Amerika akan menjadi korban utama,” ujar David Kelly, Kepala Ekonom di JPMorgan Asset Management. “Kita bisa melihat inflasi konsumen kembali melampaui 4% year-on-year pada kuartal ketiga.”

Sementara itu, Uni Eropa menyatakan keprihatinan mendalam atas rencana Trump tersebut. Dalam pernyataan resminya, Komisi Eropa menyebut langkah tarif unilateral dari AS sebagai pelanggaran terhadap prinsip Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan menyatakan akan “meninjau opsi pembalasan yang setara.”

Motif Politik di Balik Tarif?

Pengamat politik menilai bahwa manuver Trump ini tidak hanya bermotif ekonomi, tetapi juga berkaitan erat dengan strategi kampanye menjelang Pilpres AS 2024. Sebagai kandidat Partai Republik, Trump berusaha menghidupkan kembali retorika proteksionis yang membantunya meraih kemenangan pada 2016.

“Ini adalah bagian dari strategi Trump untuk menampilkan dirinya sebagai pembela industri Amerika,” ujar Profesor Sarah Binder dari George Washington University. “Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa bersikap keras terhadap Tiongkok, UE, bahkan perusahaan AS sendiri, demi kepentingan nasional.”

Penutup

Dengan waktu implementasi yang hanya tinggal beberapa pekan, ancaman tarif baru ini menciptakan ketidakpastian besar bagi pelaku industri dan investor global. Sejumlah perusahaan teknologi, termasuk Apple dan Samsung, disebut sedang mempertimbangkan untuk memindahkan sebagian lini produksi mereka ke negara-negara dengan risiko tarif yang lebih rendah, seperti India dan Meksiko.

Perkembangan selanjutnya sangat bergantung pada respon Uni Eropa dan potensi perundingan ulang yang mungkin dipaksakan oleh tekanan pasar. Satu hal yang pasti: babak baru perang dagang ini bisa menjadi penentu besar arah ekonomi global pada paruh kedua 2025.