Pedagang Pasar Senen Sedih Jelang 17 Agustus, Penjualan Turun 70%

Penurunan Omzet Pedagang Atribut Merah Putih di Pasar Senen Jelang HUT RI ke-80
Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, pernak-pernik patriotik seperti bendera merah-putih dan berbagai perlengkapan upacara menghiasi lorong-lorong Pasar Senen di Jakarta Pusat. Semangat kemerdekaan terpancar melalui rak-rak penuh atribut, namun realitas di lapangan cukup mengejutkan: omzet para pedagang dihantam penurunan dramatis, mencapai hingga 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Cerita dari Para Pedagang
Siti Kusmayati (48), pemilik Toko Tunas Karya Mandiri, mengungkapkan betapa jauh perbedaannya dengan tahun lalu. Ia menyatakan, “Turunnya 70 persen. Jauh, jauh banget. Kalau tahun kemarin masih mending, sekarang jauh berbeda.” Tak hanya pendapatan yang menyusut, stok kain yang disiapkannya juga berkurang drastis — dari lebih dari seribu meter tahun lalu, kini hanya sekitar seribu meter saja.
Sri Yati (40), penjaga Toko Sheraton Advertising, menuturkan bahwa sejak pandemi COVID-19, omzetnya sudah terpangkas setengah, dan tahun ini justru makin terasa parah.
Tantangan yang Dihadapi Pedagang
-
Persaingan Penjualan Online
Melonjaknya popularitas platform e-commerce membuat konsumen lebih memilih belanja daring. Akibatnya, kunjungan ke pasar tradisional menurun secara signifikan. -
Kenaikan Harga Bahan Baku
Biaya produksi meningkat setiap musim perayaan. Pedagang terpaksa menyesuaikan harga jual, namun pembeli tetap menawar harga lama, membuat margin keuntungan makin tipis. -
Ketidakmampuan Optimal dalam Berjualan Digital
Walaupun sebagian pedagang sudah mencoba menjajakan produknya secara online, kontribusi dari kanal digital masih belum optimal. Sri menyebut penjualan online dan offline hampir seimbang, tetapi keramaian di online tetap tidak seperti dulu karena banyak pesaing baru. Siti sendiri merasa belum menguasai teknik siaran langsung (live streaming) yang efektif untuk menarik pembeli.
Perspektif Kebijakan dan Perbandingan Industri
Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, membantah anggapan bahwa penurunan omzet pedagang disebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Ia menjelaskan bahwa meski banyak pedagang UMKM melaporkan pengurangan omzet hingga 50 persen, penyebabnya bukan karena masyarakat berbelanja lebih sedikit, melainkan karena persaingan yang semakin ketat.
Fenomena serupa juga terjadi di sektor lain. Pedagang emas di Cikini Gold Center misalnya, mengalami penurunan omzet hingga 70–80 persen menjelang Lebaran 2025, dipicu kenaikan harga emas dari sekitar Rp600.000–700.000 per gram menjadi Rp1,3–1,5 juta per gram. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap UMKM pada momen perayaan terjadi lebih luas dan tidak terbatas di satu sektor saja.
Harapan Pedagang di Tengah Pelemahan Omzet
Pedagang di Pasar Senen tetap berusaha optimistis dan mencari celah untuk bertahan. Di Pasar Mester, Jakarta Timur, situasi serupa terjadi; meski pernak-pernik HUT RI mulai ramai dijajakan, pembeli belum terlihat antusias seperti tahun-tahun sebelumnya.
Kesimpulan dan Fakta Tambahan
Ringkasnya, meskipun semarak kemerdekaan menghiasi rak-rak toko dan lorong pasar, omzet terutama di Pasar Senen jatuh tajam hingga 70 persen. Penyebab utamanya adalah persaingan online, kenaikan bahan baku, serta keterbatasan pemanfaatan teknologi digital. Kondisi ini bukan hanya menimpa penjual atribut kemerdekaan, tetapi juga pedagang di sektor lain.
Fakta tambahan:
-
Beberapa pedagang konveksi kecil dan penjahit bendera di Pasar Senen justru kebanjiran pesanan dari instansi pemerintahan dan komunitas lokal menjelang HUT RI, tetapi permintaan ini belum mampu secara signifikan mengangkat omzet keseluruhan.
-
Pemerintah sedang mengupayakan program digitalisasi pasar tradisional untuk membantu UMKM bersaing di era digital.
0 Comments