Tarif 10% jadi Batas Bawah, Donald Trump Sebut Sejumlah Negara Bakal Hadapi Tarif Lebih Tinggi

Trump Tegaskan Tarif Minimum 10% untuk Impor, Fokus pada Perjanjian Dagang Baru dengan Inggris dan Ketegangan AS-China
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa tarif minimum sebesar 10% akan menjadi batas dasar bagi semua produk impor dari negara-negara yang ingin menjalin kesepakatan perdagangan dengan AS. Hal ini disampaikan Trump saat berbicara di Gedung Putih pada Kamis (8/5), dalam rangka mengumumkan perkembangan perjanjian dagang bilateral dengan Inggris.
"Beberapa negara akan menghadapi tarif yang jauh lebih tinggi, karena mereka memiliki surplus perdagangan besar terhadap kami dan, dalam banyak kasus, memperlakukan Amerika secara tidak adil," ujar Trump kepada wartawan, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (9/5/2025).
Pernyataan Trump itu memperkuat arah kebijakan proteksionis yang kembali ia gaungkan sejak mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. Dalam unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menegaskan bahwa tarif dasar 10% akan dikenakan kepada sebagian besar negara, dan itu kini menjadi kebijakan tetap sejak diberlakukan pada awal April 2025.
Perjanjian Dagang AS-Inggris: 'Angka Rendah' untuk Mitra Dekat
Saat ditanya apakah tarif tersebut akan menjadi model standar untuk semua kesepakatan dagang di masa depan, Trump menjawab bahwa kebijakan itu akan fleksibel tergantung mitra dagang. “Tidak, tidak. Itu angka yang rendah, mereka [Inggris] membuat kesepakatan yang bagus,” katanya. Ia menambahkan bahwa Inggris merupakan salah satu mitra terdekat yang “selalu memperlakukan kami dengan sangat hormat.
Perjanjian dagang baru antara AS dan Inggris, yang diumumkan awal pekan ini, mencakup penurunan hambatan perdagangan di sektor pertanian, layanan keuangan, dan teknologi. Inggris disebutkan berkomitmen untuk memperluas akses perusahaan-perusahaan AS di pasar digital dan jasa keuangannya pasca-Brexit.
Tarif 10% dan Dampaknya Terhadap Global Supply Chain
Kebijakan tarif dasar ini telah memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri dan analis pasar global. Menurut data dari World Trade Organization (WTO), langkah ini bisa berdampak pada volume perdagangan global yang sudah mengalami tekanan akibat ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi China.
Beberapa negara mitra dagang besar seperti Meksiko, Jerman, dan Korea Selatan sedang mengkaji ulang struktur ekspor mereka ke AS menyusul tarif baru ini. Industri otomotif, elektronik, dan baja diprediksi akan menjadi sektor yang paling terdampak.
Pasar Saham Eropa Menguat, Investor Cermati Negosiasi AS-China
Sementara itu, pasar saham Eropa dibuka menguat pada Jumat (9/5) seiring respons positif investor terhadap kemajuan dalam hubungan dagang AS-Inggris. Indeks Stoxx Europe 600 naik 0,4% pada pukul 09.41 pagi waktu London. Indeks FTSE 100 Inggris juga menguat 0,4%, sementara indeks DAX Jerman dan CAC 40 Prancis naik masing-masing lebih dari 0,5%.
Kenaikan ini juga ditopang oleh optimisme investor menjelang pembicaraan perdagangan antara AS dan China akhir pekan ini. Meski ketegangan masih tinggi, pasar melihat peluang untuk tercapainya semacam “gencatan dagang” dalam jangka pendek.
Pada perdagangan Kamis sebelumnya, sebagian besar indeks saham utama Eropa juga mencatatkan penguatan. Namun, FTSE 100 Inggris sedikit terkoreksi, turun 0,32%, setelah mencetak rekor kenaikan beruntun dalam beberapa hari sebelumnya.
Pertemuan AS-China: Fokus pada De-Eskalasi
Di tengah ketegangan dagang yang meningkat, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer dijadwalkan bertemu dengan pejabat senior China di Jenewa, Swiss, pada akhir pekan ini. Tujuan utama dari pertemuan tersebut adalah meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi dialog ekonomi jangka panjang.
“Pertemuan ini bukan untuk menyusun perjanjian dagang besar, tapi untuk de-eskalasi dan membangun kembali kepercayaan,” ujar Bessent dalam konferensi pers di Washington.
Hubungan dagang AS-China masih terhambat oleh berbagai isu, termasuk subsidi industri China, hak kekayaan intelektual, dan pembatasan ekspor teknologi. Namun, kedua belah pihak telah menunjukkan sinyal bahwa negosiasi akan terus berlangsung, meskipun hasil konkret masih belum terlihat.
Kesimpulan: Perdagangan Global Memasuki Babak Baru
Dengan tarif dasar 10% sebagai kebijakan tetap AS, arah perdagangan global diperkirakan akan mengalami pergeseran signifikan. Negara-negara mitra dagang akan menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri terhadap kebijakan proteksionis baru, sementara AS terus menegosiasikan perjanjian bilateral dengan pendekatan “Amerika lebih dulu.”
Pasar global, meski sempat terguncang oleh ketegangan ini, tampaknya mulai beradaptasi. Investor kini menaruh perhatian besar pada diplomasi ekonomi AS yang semakin berani, terutama menjelang pemilihan presiden AS pada November 2025.
0 Comments