Pos Indonesia Raup Untung Rp747 Miliar, Apa Kuncinya?

PT Pos Indonesia (Persero): Kinerja 2024 Tumbuh Solid, Transformasi Digital dan Ekonomi UMKM Menjadi Fokus
1. Kinerja Keuangan 2024: Pendapatan, Laba, dan Capex
-
Pendapatan & EBITDA:
PT Pos Indonesia mencatatkan EBITDA sebesar Rp 1,01 triliun untuk tahun 2024. Namun, dalam rapat dengan DPR pada Februari 2025, manajemen menyebut pendapatan mencapai Rp 5,7 triliun dengan EBITDA sekitar Rp 1,5 triliun (angka belum diaudit). Perbedaan data ini kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan metode pelaporan antara laporan konsolidasi final dan laporan sementara. -
Laba Bersih:
Laba bersih 2024 tumbuh menjadi Rp 747,13 miliar, naik sekitar 2,6% dibanding tahun sebelumnya. Angka ini sedikit berbeda dengan catatan sementara yang menyebut laba bersih berada di kisaran Rp 767,7 miliar. -
Belanja Modal (Capex):
Pos Indonesia juga meningkatkan belanja modal menjadi Rp 274,82 miliar, atau naik 4,99% dari tahun sebelumnya. Dana ini diarahkan untuk modernisasi infrastruktur logistik serta peningkatan layanan digital.
2. Arus Kas dan Likuiditas
-
Arus Kas:
Perusahaan mengalami arus kas negatif dari aktivitas operasi, tercatat sekitar –Rp 1,20 triliun. Hal ini turut menyebabkan kas bersih perusahaan menurun sekitar Rp 590 miliar. -
Pendanaan Eksternal:
Meski menghadapi tekanan arus kas, Pos Indonesia mampu menjaga likuiditas dengan memperoleh dana dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 683,31 miliar, naik dari Rp 508,34 miliar pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya penerimaan dana eksternal. -
Rasio Keuangan:
Rasio lancar perusahaan tercatat 130,32%, meski menurun dibanding 137,57% pada tahun sebelumnya. Rasio utang terhadap aset stabil di level 0,46 kali, menunjukkan posisi keuangan yang masih sehat.
3. Dorongan dari Transformasi Digital
-
Transformasi digital menjadi kunci keberhasilan Pos Indonesia. Implementasi robotik sorting dan labeling di Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta menghasilkan efisiensi biaya sebesar 40–60% dan peningkatan produktivitas hingga 2,5 kali lipat.
-
Aplikasi Pospay dikembangkan sebagai super-app keuangan yang menggabungkan layanan pengiriman, pembayaran, dan pelacakan. Dengan platform ini, Pos Indonesia mampu menyatukan aliran barang, uang, dan informasi dalam satu sistem terpadu.
4. Sinergi Inovatif dengan UMKM
-
Pada Agustus 2025, Pos Indonesia bersama anak usaha PT Pos Properti Indonesia menjalin kerja sama dengan RestockTech. Kolaborasi ini bertujuan memanfaatkan aset properti untuk menyediakan ekosistem pergudangan dan distribusi modern berbasis teknologi bagi UMKM.
-
Dengan sinergi ini, UMKM dapat lebih mudah mengakses pasar nasional dan internasional berkat jaringan distribusi luas Pos Indonesia yang dipadukan dengan sistem fulfillment digital RestockTech.
5. Dukungan Eksternal & Prospek Rating
-
Posisi keuangan Pos Indonesia semakin mendapat pengakuan dari lembaga pemeringkat internasional. Pada Mei 2025, Fitch Ratings merevisi outlook perusahaan menjadi positif, menandakan meningkatnya kepercayaan terhadap prospek bisnis dan kemampuan perusahaan menjaga stabilitas.
6. Konteks Ekonomi Makro & Tata Kelola
-
Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, transformasi tata kelola, risiko, dan kepatuhan (GRC) di Pos Indonesia bukan hanya memperkuat kinerja internal, tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi nasional.
-
Hal ini sejalan dengan target pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang menetapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%. Untuk mencapai target ambisius ini, budaya organisasi yang adaptif, inovatif, dan kolaboratif menjadi keharusan.
-
Kesadaran akan pentingnya tata kelola yang baik juga diyakini mampu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, sekaligus menjaga keberlanjutan bisnis BUMN.
0 Comments